Halaman

Falsafah TRI ABDI

Falsafah Tri Abdi adalah falsafah yang ditanamkan kepada siswa dan siswi yang bersekolah di Pesantren Bina Islam Tanah Paser ketika Masa Hidup KH. Abdul Fattah Majidy semoga Rahmat Allah beserta nya. Falsafah ini beliau tanamkan atas pengalaman Hidup yang sudah beliau lalui ketika masa perebutan kemerdekaan Republik Indonesia karena beliau termasuk Pahlawan kemerdekaan di Tanah Paser ketika itu masih bernama Tanah Grogot.



TRI ABDI ini senantiasa menjadi salah satu yang didengungkan setiap ada kesempatan dalam mengisi pengajian atau kegiatan Pesantren. Tri Abdi Adalah pengabdian kepada 3 macam

a. Abdi Tuhan bersama Keihlasan

b. Abdi Diri bersama kejujuran

c. Abdi Sesama bersama kasih sayang

Dari beberapa catatan Mas Ahya penjabaran nya diantara sebagai berikut:

a. Abdi Tuhan bersama Ibadah


Mengingat manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT maka hidup tidak terlepas untuk beribadah, sehingga setiap manusia harus mengihlaskan diri nya untuk bersimpuh dalam setiap kegiatan nya dalam rangka ibadah. Karena jika tidak ikhlas dalam menjadikan diri nya bersimpuh dalam ibadah maka sangat sulit sesorang untuk bisa beribadah. Ikhlas beribadah sesuai perintah dari Allah dan Rasulnyaa

b. Abdi Diri Bersama kejujuran


Setiap manusia tidak terlepas untuk semua kegiatan. Demikian juga para santrinya setelah lulus dalam rangkaian belajar di pesantren akan bertemu dengan berbagai macam corak kehidupan masyarakat. Diharapkan santri menjalaninya Penuh dengan Kejujuran. Meskipun pada diri sendiri.

Sudah menjadi hal yang lumrah bersikap jujur ketika berada di keramaian namun sangat susah ketika tidak diketahui oleh orang sehingga iman nya sesorang pada saat sendiri inilah akan diuji. Kadang beliau menukil hadits tentang Tidak boleh berbohong ketika sahabat meminta keringanan tidak bisa melpaskan kebiasaan meminum Khamar, Judi, dan lainnya. Kadang peristiwa Abu bakar yang mencoba seorang budak yang mengembala kambing tuan nya untuk di beli, dengan beralasan Allah maha melihat


d. Abdi Sesama bersama kasih sayang


Dalam pengabdian kepada masyarakat hendaknya penuh dengan kasih sayang, sebagaimana beliau bertuah,

“Berbuatlah kepada orang lain seperti kamu berlaku kepada diri sendiri”

Untuk menekankan hal ini beliau membawa hadits tentang, Ibarat muslim yang satu dengan yang lain seperti satu buah bangunan, dilain sisi muslim yang satu dengan yang lain ibarat satu tubuh.

Setelah diamati dari berbagai catatan Mas Ahya ketika mondok dipesantren ini ternyata beliau berkendak setiap santri nya untuk lebih baik dari beliau minimal pun sama dengan kedudukan beliau dan beliau tidak ingin santri didiknya lebih rendah dari nya. Hal ini sering terlihat dari muqaddimah ketika berceramah dan setiap bait do’a-doa nya agar “ Santrinya menjadi manusia yang baik dan sampai kepada yang terbaik”.

Dilain sisi juga ketika melihat catatan Mas Ahya tersirat dengan seksama beliau menanamkan pada santrinya agar mereka dapat berperan dalam masyrakat, dan menjadi seorang pemimpin.



Read More