Creamlin blog. Bertakwalah kepada Allah. Dekatkalah diri kepada-Nya. Ketahuilah sesungguhnya takwa adalah sebab terbesar datangnya pertolongan, kekuatan, dan taufik. Tidak akan mampu maju orang yang mencoba untuk maju. Tidak akan tinggi orang yang meninggikan diri. Dan tidak akan mulia orang yang mencari kemuliaan. Kecuali dengan sesuatu yang mencancap di dalam hati, takwa. Barangsiapa yang mengagungkan, memuliakan, dan bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan yang di dalam dadanya selamat dan jiwanya menjadi tenang.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS:Ath-Thalaaq | Ayat: 2-3).
Kaum muslimin,
Kita sekarang telah berpisah dengan hari-hari yang agung. Bulan terbaik dari bulan-bulan dalam setahun. Rasanya baru saja kita menyambutnya, mempersiapkan diri untuk mengisinya, tiba-tiba begitu cepat berlalu hari-hari dan malam-malam yang penuh berkah itu. Kita isi dengan apa yang telah kita amalkan. Lembaran-lembarannya telah ditutup dari kita. Tidak akan terbuka kecuali di tangan Dia Yang Maha Mengetahui. Dia mengabarkan apa yang telah kita amalkan nanti di hari amal-amal dikabarkan.
Barangsiapa yang mendapati catatan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah. Bersyukur dan ridha. Ia masuk melalui pintu ar-Rayyan menuju surga yang penuh dengan kenikmatan. Itulah balasan orang-orang yang berpuasa dan bersabar. Balasan yang tak terhingga. Dan barangsiapa yang mendapati catatan keburukan, maka jangan ia cela kecuali dirinya sendiri. Jangan ia cerca kecuali jiwa dan raganya sendiri. Karena Allah ﷻ telah memberi kesempatan kepadanya dengan mendatangkan bulan yang penuh berkah. Membukakan banyak pintu rahmat dan keutamaan untuknya. Namun dia sendiri yang enggan. Ia lebih senang berada dalam kebutaan daripada hidayah. Semua orang akan masuk surga, kecuali yang enggan.
Ibadallah,
Sesungguhnya di antara hal terpenting bagi seseorang ketika ia telah menyelesaikan amalan ibadah, kita berharap agar Allah ﷻ menerimanya. Pada saat beramal kita berusaha mengerjakannya dengan jujur dan ikhlas. Bukan riya’ (ingin dilihat orang) dan sum’ah (ingin didengar). Bukan suka terhadap pujian dan sanjungan. Setelah beramal kita merasa khawatir kalau amalan itu tidak Allah terima. Allah adalah Maha Baik, dan Dia tidak menerima kecuali yang baik-baik. Allah ﷻ berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa.” (QS:Al-Maidah | Ayat: 27).
Yaitu mereka yang bertakwa kepada Allah dalam amal shalehnya. Mengerjakannya dengan penuh keikhlasan. Sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ. Orang yang telah mengerjakan amal dalam keadaan demikian kemudian merasa takut dan khawatir kalau Allah tidak menerima amalan mereka. Allah ﷻ menyifati keadaan orang-orang yang beriman,
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS:Al-Mu’minuun | Ayat: 60).
Aisyah radhiallahu ‘anha pernah bertanya kepada Nabi ﷺ tentang ayat ini, “Siapakah mereka? Apakah mereka orang-orang yang meminum khamr, mencuri, atau berzina?”
Rasulullah ﷺ menjawab,
لَا يَا ابْنَةَ الصِدِّيْقِ، وَلَكِنَّهُمْ الَّذِيْنَ يُصَلُّوْنَ وَيَصُوْمُوْنَ وَيَتَصَدَّقُوْنَ، وَيَخَافُوْنَ أَلَّا يُقْبَلَ مِنْهُمْ
“Tidak, wahai putri ash-Shiddiq. Akan tetapi mereka adalah orang-orang yang mengerjakan shalat, berpuasa, dan bersedekah. Mereka takut kalau amalan mereka tidak diterima.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi).
Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan, “Mereka beramal dengan amalan kebajikan, tapi mereka takut kalau amalan itu tidak menyelamatkan mereka dari adzab Rabb mereka. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu menggabungkan bersangka baik (kepada Allah) dan rasa takut. Sedangkan orang-orang munafik menggabungkan buruk sangka (kepada Allah) dan rasa aman (dari adzab).”
Sesungguhnya seorang muslim yang shadiq adalah mereka yang berjalan di dalam kehidupan sebagai seorang yang sedang menuju Allah dengan dua sayap, rasa harap dan rasa takut. Ia beramal shaleh. Kemudian berharap amalan tersebut diterima oleh Allah. Ia beramal dengan berharap rahmat dari Allah. Bersamaan dengan itu ia pun takut dengan murka dan adzab Allah. Takut dengan pergantian keadaan, adzab datang dan hilangnya kenikmatan. Dan takut kalau Allah membalikkan hatinya sehingga amal-amalnya tak diterima.
Betapa banyak orang yang berpuasa, namun mereka hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Betapa banyak orang yang shalat, namun hanya mendapatkan lelah dan bergadang menghabiskan malam. Betapa banyak orang-orang yang bertalbiah (ketika haji), namun dikatakan kepada mereka ‘Tidak ada sambutan dan kebahagiaan untukmu’.
Diterimanya amal dan mendapat ridha di sisi Allah adalah cita-cita orang-orang shaleh dan tujuan tertinggi para ahli ibadah. Ia merupakan tujuan orang-orang yang berjalan menuju Allah ﷻ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (24) وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS:Al-Anfaal | Ayat: 24-25).
Ayyuhal muslimun,
Sesungguhnya penyakit yang paling berbahaya, yang menghadang seorang muslim dalam perjalanannya menuju Allah adalah ketika dia ditimpa penyakit futur dan malas. Ditimpa penyakit kehilangan semangat dan berhenti beramal. Allah ﷻ telah mencela orang-orang yang datang menuju shalat atau menunaikan shalat dalam keadaan malas. Dia juga mencela orang-orang yang bersedekah dalam keadaan berat hati. Kalau keadaan malas saja dicela, apalagi orang-orang yang kehilangan perhatian dari ibadah dan berhenti mengerjakannya!
Allah ﷻ telah memperingatkan kita dari keadaan mereka. Yaitu mereka yang telah merobohkan bangunan amal mereka. Mereka mendekatkan diri kepada Allah, kemudian berhenti. Mereka menghancurkan bangunan ketaatan itu.
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS:An-Nahl | Ayat: 92).
Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, Nabi ﷺ bersabda kepada Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhuma,
يَا عَبْدَ اللهِ! لَا تَكُنْ مِثْلَ فُلَانٍ، كَانَ يَقُوْمُ مِنَ الْلَيْلِ، فَتَرَكَ قِيَامَ الْلَيْلِ
“Wahai Abdullah, jangan jadi seperti Fulan. Dulu dia shalat malam, kemudian ia meninggalkan shalat malam.”
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dengan sanad yang shahih, Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةٌ
“Setiap amal itu ada syirrah-nya…” Syirrah adalah masa semangat dan kesungguhan.
وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ؛ فَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى سُنَّتِيْ فَقَدِ اهْتَدَى، وَمَنْ كَانَتْ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
“…Dan setiap kesungguhan ada masa malasnya. Siapa yang masa malasnya tetap berada di atas sunnahku, sungguh dia mendapatkan petunjuk. Siapa yang selain itu, sungguh itulah kebinasaan.”
Diriwayat oleh at-Tirmidzi bahwasanya Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ شِرَّةٌ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ؛ فَإِنْ صَاحِبُهَا سَدَّدَ وَقَارَبَ فَارْجُوْهُ، وَإِنْ أُشِيْرَ إِلَيْهِ بِالْأَصَابِعِ فَلَا تَعُدُّوْهُ
“Segala sesuatu memliki masa semangat. Dan setiap masa semangat memiliki saat malas. Jika pelakunya senantiasa bersikap istiqomah dan mendekat, berharaplah dia bisa tetap (semangat). Sebaliknya, jika ia hanya ingin ditunjuk dengan jari (berbuat karena riya’), maka janganlah orang itu kalian anggap (tidak termasuk orang yang baik).”
Rasa malas dan berhenti mengerjakan amal ketaatan menimpa ahli ibadah di tengah-tengah rutinitas ibadah mereka. Ini adalah ujian dari Allah. Dan cobaan bagi para hamba-Nya. Hingga terlihatlah orang-orang yang jujur, cinta ibadah, dan mana yang bukan. Tampaklah mana yang menyembah Allah hanya dalam satu keadaan saja. Ketika mereka mendapatkan kenikmatan, mereka rajin ibadah. Namun ketika mendapat keburukan, mereka berbalik arah.
Orang yang berbahagia dan mendapat taufik adalah mereka yang masa futurnya tetap berada di atas sunnah, taat, dan mengikuti jalan Rasul. Ia berusaha teguh dan terus mendekatkan diri. Ia obati dirinya dengan ilmu dan hikmah. Hingga ia kembali lagi melakukan amal ketaatan dan mengerjakan ketaatan dengan kelapangan dada. Hingga ia kuat dan teguh. Inilah yang dimaksud dengan ash-shadiq, jujur kepada Allah. Yang Allah buktikan keikhlasan, kejujuran, taufik, dan keteguhannya. Ia tidak tergelincir di saat futurnya. Tidak berganti pemikirannya. Tidak berubah pemahamannya. Tidak goyah sangka baiknya kepada Rabbnya.
Adapun orang yang binasa adalah mereka yang pada masa futur dan putus masa semangat beribadahnya, mereka meremehkan kewajiban. Bermudah-mudah dalam yang haram. Ia telah merobohkan bangunannya. Ia telah menghancurkan apa yang telah ia bina. Ia telah meluluhkan kemuliaannya. Setan dari bangsa jin dan manusia telah menelanjanginya. Ia mengikuti hawa nafsunya. Ia menjadi cenderung kepada dunia yang berada di kanan dan kirinya. Bisa jadi ia jatuh ke dalam bid’ah dan penyimpangan. Atau jadi ghuluw dan ekstrim. Atau jadi meremehkan agama.
Allah ﷻ mengisahkan tentang orang-orang berilmu dari kalangan bani Israil. Allah ﷻ beri mereka pengetetahuan tentang ayat-ayat-Nya. Kemudian datang kepada mereka pesona dunia dan perhiasannya. Mereka mengikuti hawa nafsu. Menyangka seolah kekal di dunia. Futurlah semangat mereka dari jalan kebenaran. Mereka keluar dari kemuliaan dan wibawa seorang yang berilmu. Mereka mengotak-atik ayat-ayat Allah. Mereka jatuh pada mengubah dan mengganti syariat.
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah…” (QS:Al-A’raf | Ayat: 175-176).
Ibadallah,
Seorang muslim yang sejati adalah mereka yang mejadikan takwa sebagai syiar sepenjang hayatnya. Takwa sebagai landasan hidupannya. Amalan ketaatan, jauh dari maksiat dan dosa menjadi gaya hidupnya. Ia tenggelam menghabiskan waktu-waktu utama dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Ia membiasakan dirinya dalam kebajikan sampai jelas baginya tempat kembali yang ia sukai, surga. Ia berhias dengan akhlak yang terpuji. Setelah musim kebaikan seperti Ramadhan telah berlalu, tidak didapati pada dirinya rasa malas dan lalai. Atau hapus darinya semangat dan kesungguhan.
Karena Allah ﷻ tidak membuat waktu ibadah itu memiliki masa akhir kecuali ketika maut menjemput. Sebagaimana firman-Nya,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS:Al-Hijr | Ayat: 99).
بَارَكَ اللهُ
Sumber: https://khotbahjumat.com/4073-khutbah-jumat-masjid-al-haram-kondisi-orang-orang-beriman-pasca-ramadhan.html